Ini Sebab Mobil MPV Toyota Begitu Diminati Orang Indonesia

Pasar mobil di Indonesia itu unik. Salah satunya adalah begitu dipujanya model mobil keluarga MPV oleh sebagian besar pemilik mobil. Ini terkait dengan budaya guyub yang sudah mengakar kuat dalam pola pikir masyarakat Indonesia dan menjadi pengikat relasi dalam komunitas. Bukti konkritnya adalah dipilihnya mobil MPV Toyota oleh sebagian besar pemilik mobil Tanah Air.

Mulai eksis sejak generasi pertama Toyota Kijang yang lahir di akhir tahun 1970an, Toyota memimpin penjualan mobil dengan ragam pilihan model MPV. Mulai dari entry level Toyota Calya, naik ke Toyota Avanza sebagai pelopor mobil MPV ‘sejuta umat’, naik kelas ke sang legendaris Toyota Kijang Innova, terus bertambah dengan hadirnya Toyota Voxy, hingga model termewah Toyota Alphard.

Ini juga dirasakan oleh saya yang memiliki sebuah Toyota Calya tipe G AT tahun 2016. Dalam keluarga MPV Toyota, Calya adalah anggota keluarga paling muda.  Toyota Calya punya dimensi kompak sehingga memudahkan saat manuver. Seperti di parkiran mal atau garasi rumah yang terbatas. Meski begitu, ia tidak kehilangan peran saat harus membawa 7 anggota keluarga untuk mudik lebaran. Cukup memadai dan masih menyisakan bagasi yang lumayan.

Mesinnya juga cukup pas. Pakai mesin 1.200 cc Dual VVT-i, ia tidak kehabisan napas saat diisi penumpang full padahal pakai transmisi otomatis 4-speed. Compact MPV ini juga dikenal lumayan irit bensin. Terutama saat saya pakai kerja setiap hari sehingga tidak menguras isi kantong. Selain itu fiturnya tergolong lengkap untuk mobil dengan harga baru saat ini Rp 159 juta. Seperti rem ABS, alarm plus immobilizer, dual SRS airbags, AC dengan air circulator, dan audio yang bisa memainkan lagu via USB dan Bluetooth.

Harga jual terjangkau juga menjadi salah satu nilai lebih produk Toyota di Indonesia. Seperti diketahui, konsumen di sini dikenal sangat sensitif urusan harga. Selisih sedikit saja, calon pembeli akan pindah ke toko sebelah. Harga Toyota Calya tipe termewah ini dijual Rp 150 juta di tahun 2016 lalu. Terbilang kompetitif di masanya.

Pilihan produk yang berjenjang dan variatif, serta kemudahan pembayaran, membuat konsumen punya banyak pilihan yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan finansial. Terakhir yang tidak kalah penting adalah resale value alias nilai jual kembali. Kamu bisa saja sebut orang Indonesia aneh, namun faktanya, harga jual bekas menjadi salah satu parameter pembelian mobil baru. Di sini produk Toyota kembali unggul karena mobil bekas Toyota punya nilai depresiasi paling rendah.

Sebagai gambaran, harga bekas model yang saya punya ini ditawarkan seharga Rp 125 – 130 jutaan di toko online. Padahal usianya sudah 2 tahun lebih. Secara matematis, mestinya ia sudah terdepresiasi lebih dari 20% atau Rp 30 jutaan. Faktanya adalah, ia hanya turun maksimal Rp 25 jutaan.

Write a comment